kiat sukses membaca kitab

22 Kiat Sukses Membaca Kitab

Banyak keluhan dari para penuntut ilmu, mengenai susahnya merekam faidah yang terdapat dalam kitab yang telah dia baca. Biasanya, satu kitab telah usai dibaca, namun faidah-faidah yang ia temui di dalam kitab, seperti lalu begitu saja.

Berangkat dari keluhan ini, penulis -dengan memohon taufik kepada Allah- berusaha berbagi sedikit tentang tips sukses membaca buku atau menela’ah kitab para ulama yang kami sajikan dari salah satu buah karya seorang ulama rabbani; Syaikh Abdulaziz Muhammad bin Abdullah As-Sadhan hafidhzohullah. Agar membaca menjadi lebih menyenangkan, dan benar-benar menjadi jendela ilmu.

Semoga bermanfaat.

Daftar Isi hide
2 Kiat-Kiat Sukses Membaca Buku

Macam-Macam Model Membaca

Sebelum memulai pemaparan mengenai kiat-kiat membaca, alangkah baiknya bila kita mengenal terlebih dahulu mengenai macam membaca buku. Ternyata ada bermacam-macam modelnya. Ada jenis membaca yang serius, kemudian ada yang agak serius, ada yang santai. Apa gerangan?

Syaikh Abdulaziz bin Abdulloh Sadhan menyebutkan ada tiga jenis membaca buku:

  1. Qiro-ah dirosiyyaah (Membaca untuk tujuan belajar )
  2. Qiro-ah tarwihiyyah (Membaca untuk tujuan mengistirahatkan otak)
  3. Qiro-ah isthit laa’iyyah (Membaca untuk tujuan mengetahui sekilas isi buku)

Jenis yang pertama, adalah sasaran pokok dari aktivitas membaca. Yang kedua hanya sebagai sampingan; sekedar untuk menghilangkan kepenatan otak. Ini bisa dilakukan seperti dengan mebaca buku sastra atau kisah-kisah para ulama dll.

Para ulama kita dahulu menasehatkan,

“Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu  memiliki agenda khusus untuk menghilangkan kepenatan fikiran. Bisa dengan membaca buku-buku sastra, atau kisah-kisah valid perihal kehidupan para ulama misalnya”

Adapun jenis membaca yang ketiga, adalah membaca dengan sekilas, untuk sekedar mengetahui kandungan isi buku secara global. Seperti untuk membuat rensensi misalnya.

Setelah menyimak sedikit dari muqodimah ini, kita menjadi tahu, ternyata membaca tidak selamanya harus serius. Adakalanya manusia merasa penat dan butuh aktivitas lain untuk menghilangkan kebosanan. Ini manusiawi. Maka tak ada salahnya, Anda memilih mencoba membaca buku-buku perjalanan hidup para ulama, sastra, dlsb. Sehingga, aktivitas pengusir kebosanan Anda, juga merupakan aktivitas yang produktif dan bermanfaat. 

Kiat-Kiat Sukses Membaca Buku

Setelah kita menyimak muqodimah singkat di atas, sekarang mari kita masuk pada inti pembahasan dari serial tulisan kali ini;

” 22 kiat sukses membaca kitab.”

Pertama: Pilih waktu khusus untuk membaca buku.

Seorang penuntut ilmu harus memiliki waktu khusus untuk membaca buku. Pandai-pandailah mengatur waktu. Bila perlu buat jadwal. Agar teratur dan disiplin dalam menjalani aktivitas ini. Sehingga hasilnya pun maksimal.

Kemudian suatu hal yang perlu dicatat juga oleh para penuntut ilmu; mengingat posisi Anda saat ini sebagai pelajar, maka jadikanlah aktivitas menuntut ilmu sebagai agenda utama dan patokan dari agenda-agenda lainnya yang Anda jalani. Artinya bila ada agenda lain yang kebetulan bertabrakan dengan jadwal belajar Anda, maka jangan jadwal belajar Anda yang jadi korban. Akan tetapi, batalkan agenda yang bertabrakan tersebut. Tolaklah dengan baik. Jelaskan maksud Anda kepada kawan yang mengajak Anda sekedar untuk ngabuburit di warung kopi atau nobar pertandingan klub sepakbola. InsyaAllah dia bisa memaklumi. Bahkan bisa jadi, secara tidak disadari sikap Anda menyadarkan kawan Anda, akan berharganya waktu.

Kemudian berusahalah untuk komitmen terhadap jadwal Anda. Jangan jadikan membaca buku hanya untuk sampingan saja, artinya hanya saat-saat sempat saja. Bagi Anda yang sedang melalui jenjang menuntut ilmu, maka dahulukanlah menuntut ilmu dari agenda lainnya. Kecuali bila memang ada agenda yang mendesak dan tidak bisa diakhirkan.

Kedua: Memilih tempat yang cocok untuk membaca.

Pilihlah tempat yang cocok dan nyaman untuk membaca buku. Jangan biarkan ada hal-hal  yang bisa menganggu kenyamanan Anda saat membaca. Supaya Anda betah bergumul dengan buku dan bisa maksimal mengambil faidah dari buku yang Anda baca.

Ketiga: Bertanyalah kepada yang lebih senior sebelum memilih buku yang akan Anda baca.

Terkadang seorang pelajar membaca sebuah buku, tanpa ia sadari ternyata ada buku lain yang lebih ringkas, lebih mudah gaya bahasanya dan lebih cocok untuk jenjangnnya saat ini. Namun karena ketidaktahuannya, akhirnya dia memilih buku yang sebenarnya belum cocok untuk dibaca saat ini. Akhirnya banyak waktu yang terkorbankan, namun faidah yang didapat sedikit.

Misal dalam benak Anda ada beberapa buku yang rasanya ingin ditela’ah. Misal ada Syarah al-Arba’in NawawiSyarah Bulughul Marom, dan Minhajus Saalikin. Bingung nih mau mulai dari mana. Ya, jangan segan-segan untuk konsultasi terlebih dahulu kepada ustadz atau pelajar yang lebih senior. Supaya Anda mendapat arahan untuk membaca buku yang sesuai dengan tingkatan Anda saat ini.

Untuk kisi-kisi, dalam membaca, mulailah dari buku-buku yang membahas hal-hal dasar terlebih dahulu. Masalah rukun iman dan rukun islam misalnya. Barulah setelah itu lanjutkan pada buku-buku yang lebih rinci.

Keempat: Pilihlah buku yang kualitas cetakan terbaik.

Beberapa buku diterbitkan oleh banyak penerbit.  Sebagian penerbit kurang proposional. Sehingga didapati banyak kesalahan tulis, seperti sisipan-sisipan tambahan (yang mengubah keontetikan buku) dan paragraf-paragaraf atau beberapa halaman yang hilang. Hal-hal seperti ini akan bisa menimbulkan pemahaman yang keliru dari yang dimaksudkan oleh penulis. Dan tentu akan menyusahkan pembaca dalam memahami uraian-uraian yang terdapat buku tersebut dengan baik.

Seperti yang pernah penulis alami. Waktu itu penulis membeli buku syarah Akidah Thohawiyah, karya Ibnu Abil’iz al Hanafi rahimahullah. Terbitan salah satu penerbit Mesir. Saat dibaca, ternyata ada beberapa praragraf yang tidak nyambung. Setelah kami lihat pada cetakan versi penerbit lain, ternyata ada 4 lembar halaman yang hilang. Agar tidak terulang kembali, maka kami sarankan kepada kawan-kawan sekalian; yang dirahmati Allah, untuk lebih selektif dalam memilih cetakan buku dan bertanya terlebih dahulu kepada senior atau ustadz kalian.

Kelima: Mulailah membaca buku yang dasar dan ringkas terlebih dahulu.

Tabi’at para pemuda memiliki semangat yang tinggi. Biasanya semangat ini begitu terasa di awal-awal membaca buku. Tidak diragukan ini merupakan karunia yang harus disyukuri. Namun yang disayangkan, saking semangatnya, iapun memilih untuk membaca buku yang muthowwalat (tebal) atau rumit pembahasannya, tanpa membekali terlebih dahulu dengan buku-buku dasar.

Akhirnya, tak perlu lama ia membaca, rasa malas dan bosan untuk melanjutkan bacaan menghampirinya. Disebabkan karena kesulitan dalam memahami pemaparan yang ada dalam buku tersebut. Karena buku tersebut ditulis, bukan ditujukan untuk jenjangnnya. Jadi tidak mengherankan bila kemudian daya naralnya belum mampu menjangkau banyak pemaparan dalam kitab muthowwalat.  Kalaupun ada beberapa maklumat yang berhasil ia tangkap, itu hanya sebatas tsaqofah (wawasan), bukan ta’shil al-‘lm (pengetahuan yang kokoh).

Oleh karenanya, mulailah dari kitab-kitab dasar terlebih dahulu. Barulah setelah itu bertahap pada kitab-kitab selanjutnya. Karena perjalanan mencari ilmu ini panjang. Tidak bisa ilmu yang mulia ini diraih dengan cara instans begitu saja. Butuh kesungguhan dan tahapan-tahapan yang harus dilalui. Sampai ia bisa meraih puncak dari disiplin yang ia pelajari. Dengan pondasi ilmiyyah yang kuat. Para ulama kita menasehatkan,

من أراده عجلا تركه عجلا

“Barangsiapa menginginkan ilmu secara instans, maka ilmu akan pergi secara instan pula.”

ومن لم يتقن الأصول حرم الوصول

“Barangsiapa yang tidak memperkuat dasar keilmuannya, maka ia tidak akan bisa mencapai puncak ilmu.”

Kiat Keenam: bacalah dulu muqodimah, sebelum menyelami inti pembahasan dari buku yang Anda baca

Ini akan sangat membantumu mengenal metode penulis dalam menyusun karyanya. Dari situ Anda akan tahu gambaran secara global isi daripada kitab yang akan dibaca, juga tentang latar belakang penulisan serta mengetahui makna istilah-istilah khusus yang dipakai oleh penulis. Jangan sampai nanti ketika membaca, terjadi salah menafsirkan istilah yang dipakai penulis.

Sebagai contoh, makna rumus huruf Qof (arab: ق) dalam kitab Taqribu at Tahdzib karya Ibnu Hajar, berbeda maknanya dengan rumus huruf Qof yang terdapat dalam kitab al Jami’ as Shoghir karya Imam as Suyuthi. Dalam Taqribu at Tahdzib, huruf Qof bermakna: hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah. Adapun dalam al Jami’ as Shoghir, huruf qof memiliki makna: muttafaqun ‘ alaihi (hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim).

Begitu pula istilah muttafaqun ‘ alaihi sendiri teenyata terdapat beberapa penafsiran. Menurut penulis kitab Muntaqo al Akhbar; Majdudin Ibnu Taimiyyah, muttafaqun ‘ alaihi bermakna  hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhori, dan Imam Muslim. Berbeda dengan pemaknaan para muhaddist (ahli hadis) lainnya, mereka memaknai muttafaqun ‘ alaihi dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim saja.

Hal-hal yang semacam ini, dijelaskan dalam muqodimah kitab Taqribu at Tahdzib. Ini baru masalah makna istilah saja, ternyata ada beberapa perbedaan. Terlebih tentang metode penyusunan bab, rumusan masalah dan lain sebagainya. Yang hal-hal semacam inI, perlu diketahui oleh pembaca. Agar ia memiliki gambaran dan pemetaan terhadap buku yang hendak ia baca.

Mengetahui biografi penulis juga tak kalah penting. Dengan membaca biografi penulis, Anda akan semakin cinta kepadanya dan akan tahu mengenal kredibilitas ilmiahnya. Sehingga Anda akan semangat membaca karyanya. Dan semakin mantap untuk menyimak pemaparan yang disampaikan penulis dalam buah karyanya. Tak jarang pula kita dapati motivasi-motivasi berharga dari perjalanan hidup penulis dalam mencari ilmu. Disitu kita bisa mengambil pelajaran.

Ketujuh: untuk kitab syarah, pilihlah kitab syarah yang paling mukhtashor (ringkas)

Kitab at Tauhid misalnya, banyak para ulama yang telah men-syarahnya. Maka mulailah membaca syarah yang paling ringkas dan mudah terlebih dahulu. Bisa dari kitab Fathul Majid atau bisa juga memulai dari kitab Taisir al ‘Aziz al Hamid atau kitab Qoulul Mufid karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah.

Kedelapan: saat membaca, usahakan jangan  berhenti di tengah pembahasan

Bisa Anda jadikan sub-sub bab sebagai batasan target. Atau misal Anda membaca kitab fikih tentang sholat, Anda bisa menjadikan bab takbirotul ihrom sampai bab sujud sebagai pembatas bacaan. Atau menjadikan halaman-halaman buku sebagai target bacaan setiap harinya juga boleh. Yang terpenting, jangan sampai berhenti di tengah-tengah pembahasan. Karena model membaca yang seperti ini, akan membuat ma’lumat yang terekam jadi mengambang.

Kesembilan: tulis tanggal Anda mulai membaca suatu kitab. Kemudian saat sudah khatam membaca, tulis pula tanggalnya

Saat Anda memulai membaca kitab al Fawaid karya Ibnul Qoyyim misalnya, tulislah di halaman awal buku, tanggal, hari, bulan dan tahun Anda memulai membacanya. Kemudian ketika selesai membaca sampai akhir halaman, tuliskan tanggal, hari, bulan, tahun Anda mengkhatamkan kitab tersebut.

Tujuannya adalah:

Pertama, karena memang ini adalah kebiasaan para ulama ketika membaca buku. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Abdulaziz as Sadhan dalam bukunya; Ya tholibal ‘ilm kaifa tahfadh kaifa taqro’ kaifa tafham.

Kedua, menumbuhkan semangat membaca yang lebih tinggi. Saat Anda sedang membaca, Anda melihat tanggal mulai membaca sudah jauh berlalu. Saat itulah semangat Anda untuk menyelesaikan bacaan semakin tinggi.

Disamping itu, metode ini juga membantu Anda dalam mengevaluasi hari-hari Anda dan Instropeksi diri. Misal saat Anda selesai membaca sebuah kitab, ternyata antara tanggal mulai dengan tenggal selesai,  jaraknya  cukup lama, di situlah Anda akan menyadari  pentingnya menjaga waktu dan termotivasi untuk tidak menghabiskannya untuk hal yang kurang manfaat.

Kesepuluh: jangan terburu-buru untuk ingin cepat selesai

Dalam membaca, yang menjadi tujuan bukan cepat selesai meng-khatamkan  bacaan. Akan tetapi, target pokoknya adalah mengambil faidah-faidah yang terdapat dalam buku. Terlebih bila buku yang dibaca adalah buku yang membahas permasalah rumit, seperti fikih muamalah misalnya. Maka ini membutuhkan konsentrasi yang tidak sedikit. Para ulama kita menasehatkan,

لا تحرم نفسك بسبب التعجل

“Jangan engkau halangi dirimu untuk meraih  ilmu, disebabkan karena ketergesaanmu”

Kesebelas: fokuskan perhatian

Saat membaca sebuah kitab, terkadang menemui beberapa kata yang belum tahu artinya. Akhirnya kita terdorong untuk mencarinya di kamus. Nah, keseringan membuka kamus, akan membuyarkan konsentrasi.

Tapi bagaimana lagi, padahalkan memang perlu?

Begini sahabat yang dirahmati Allah, perlu kita ketahui bahwa, kata yang belum diketahui artinya saat membaca sebuah kitab, ada dua macamnya:

  1. Kata-kata yang sangat berpengaruh dalam memahami konteks kalimat atau paragraf. Artinya, Anda tidak bisa memahami konteks sebuah kalimat atau paragraf, kecuali dengan mengetahui arti kata tersebut. Untuk model kata yang seperti ini, Anda harus mencari artinya di kamus. Karena kepahaman Anda terhadap teks kalimat atau suatu paragraf, bermuara pada arti kata tersebut. Ingat, saat proses pencarian dalam kamus, fokuskan pencarian pada kata yang Anda maksudkan. Jangan tersibukkan dengan mufrodat-mufrodat  lainnya. Fokuskan dulu pencarian pada makna kata yang  Anda cari. Untuk mufrodat-mufrodat lainnya yang dirasa penting juga, bisa Anda beri tanda kemudian nanti usai membaca, bisa diruju’ kembali.
  2. Kata-kata yang tidak terlalu berpengaruh dalam memahami konteks sebuah kalimat atau paragraf. Untuk kata jenis ini, sebaiknya Anda lewati dulu, dan lanjutkan bacaan Anda. Nanti bisa Anda cari artinya setelah usai membaca. Agar konsentrasi terjaga dan tidak banyak memakan waktu.

Kedua belas, catat faidah yang Anda dapatkan dari buku yang Anda baca

Saat membaca, pena atau pensil jangan sampai absen dari genggaman tangan Anda. Bila Anda menemui faidah yang berharga, catatlah di sampul buku, atau halaman-halaman kosong di dalam buku lainnya. Bisa di halaman depan atau halaman belakang. Semua faidah yang termaktub dalam buku memang berharga. Namun, faidah itu bertingkat-tingkat. Maka pilihlah faidah yang menurut Anda paling penting atau berupa pengetahuan baru. Nanti, bila sewaktu-waktu Anda membutuhkan ma’lumat tersebut, Anda akan mudah mencarinya di coretan-coretan halaman depan atau halaman belakang yang Anda gunakan untuk mengumpulkan faidah.

Jangan lupa sertakan nomor halaman buku yang memuat faidah yang Anda dapat. Jadi ini semacam buat daftar isi sendiri. Metode ini amat membantu untuk menguatkan ingatan Anda terhadap faidah-faidah yang Ada dalam buku.

Ketiga belas, kumpulkan faidah yang Anda catat, lalu golongkan sesuai bab yang dibahas dalam sebuah catatan

Bila sudah mencatat faidah di halaman sampul buku, akan lebih baik lagi bila Anda kumpulkan semua faidah dari buku-buku yang Anda baca. Kemudian Anda pisahkan menjadi bab-bab sesuai kategori ma’lumatnya. Misal akidah kumpulkan dalam  catatan tentang akidah. Fikih tentang fikih. Tarikh (sejarah) tentang tarikh, dan seterusnya.

Bila sewaktu-waktu ada satu faidah yang hilang, atau lupa tidak tercatat, maka carilah faidah tersebut seperti seorang yang mencari binatang yang membawa perbekalannya, yang hilang di tengah padang pasir.

Dengan demikian -setelah taufik dari Allah- Anda akan merasakan bahwa bacaan Anda benar-benar menambah ilmu dan tersimpan kuat dalam ingatan Anda. Sehingga saat Anda hendak mengisi ceramah, seminar, atau khutbah, Anda akan mudah menemukan kembali ma’lumat atau faidah yang Anda butuhkan.

Keempat belas, pilihlah kitab andalan pada setiap disiplin ilmu

Misal, dalam ilmu nahwu, pilih alfiyah ibnu malik beserta syarahnya milik Ibnu ‘Aqil. Dalam ilmu aqidah, kitab at-tauhid misalnya. Jangan lupa terapkan kiat ke 11 dan 12 di atas.

Kelima belas, sebelum memasuki musim atau moment tertentu, bacalah kitab yang berkaitan dengan musim atau moment tersebut

Seperti saat musim hujan, bacalah buku yang membahas tentang fikih berkaitan dengan hujan. Saat musim haji, bacalah fikih haji. Saat musim puasa, bacalah buku tentang fikih puasa. Saat musim hari raya qurban, bacalah buku tentang fikih qurban, dst.

Ini sangat bermanfaat bagi para penuntut ilmu. Sudah terbukti, apabila Anda membaca suatu kitab yang membahas tentang suatu ibadah sesuai dengan musimnya masing-masing, Anda akan merasakan betala lezatnya ibadah, yang dibangun di atas ilmu.

Keenam belas, metode muqoronah dan mufaroqoh

Maksudnya begini, biasanya satu kitab ada beberapa versi syarah. Nah, mulailah dari syarah yang kiranya paling komprehensif dan paling inti. Lalu setelah berpindah pada syarah selanjutnya. Kemudian, di saat Anda mendapat faidah tambahan yang tidak disebutkan dalam kitab syarah pertama, maka catatlah faidah tersebut, lalu kumpulkan bersama catatan faidah kitan syarah pertama (seperti yang telah kami jelaskan pada kiat ke 12). Terapkan metode ini pada syarah-syarah lainnya yang akan Anda baca.

Sebagai permisalan, kitab “al Arba’in an Nawawi“. Kitab yang tidak asing lagi di telinga kaum muslimin ini memiliki banyak versi syarah. Mulai dari ulama mutaqddimin sampai ulama mutakhirin. Mulai dari Ibnu Rojab al Hambali, Ibnu Daqiq al ‘ied, kemudian untuk ulama akhir-akhir ini yang juga men-syarah kitab ini adalah Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan Syaikh Sholih Fauzan.

Nah, pilihlah kitab syarahnya Ibnu Rojab –rahimahumallah– sebagai pegangan asal. Lalu setalah membaca satu hadis dari syarahnya Ibnu Rojab, bacalah syarah-syarah selanjutnya pada hadis yang sama. Di sini Anda akan mendapati faidah-faidah berharga yang tidak di sebutkan pada syarah pertama, begitu pula pada kitab-kitab syarah selanjutnya. Sehingga Anda telah mengumpulkan dan menggabungkan faidah dari ulama yang berbeda.

Ketujuh belas, membaca kitab-kitab fatwa

Pada poin ini, kami akan membeberkan kepada Anda sebuah metode yang amat terasa manfaatnya dan sudah terbukti. Telah kami prkatekkan dengan beberapa kawan kami, dan alhamdulillah, Allah memberikan manfaat pada metode ini.

Metode ini telah di singgung oleh Imam Bukhori dalam kitab shahihnya, dan dijadikan judul salah satu bab:

باب طرح الإمام المسألة على على أصحابه ليختبر ما عندهم من العلم

“Bab: Seorang Alim memberikan pertanyaan kepada saudaranya untuk menguji keilmuannya”

Di sini kami beri judul: seorang mengajukan pertanyaan kepada kawan-kawannya, untuk mudzakaroh (belajar kelompok) dan saling menguji keilmuannya.

Pilihlah salah satu kitab fatwa. Kami sarankan yang berkaitan dengan fikih ibadah yang sesuai dengan musimnya. Kemudian ajaklah beberapa kawan Anda yang kelihatan memiliki semangat dalam menuntut ilmu, untuk membaca kitab fatwa tersebut secara berkelompok.

Setelah terbentuk satu kelompok belajar, salah seorang dari kalian membacakan pertanyaan yang ada dalam kitab fatwa tersebut, dan biarkan jawaban dari Syaikhnya jangan dibaca terlebih dahulu.

Kemudian yang lainnya menjawab pertanyaan tersebut sesuai kadar pengetahuannya. Bila ada jawaban yang berbeda satu sama lainnya, diskusikanlah dan saling berdu argumen. Dan ini bukan termasuk berbicara tentang syari’at Allah tanpa ilmu. Akan tetapi min baabil mudaarosah (untuk tujuan belajar). Setelah masing usai menyampaikan jawaban beserta dalil dan saling berdiskusi, barulah si pembaca membacakan jawaban dari ulama yang menyusun kitab fatwa tersebut.

Metode seperti ini akan meimbulkan rasa penasaran terhadap jawaban Syaikh. Dan keinginan yang kuat untuk mengetahui letak kekeliruan dan kelemahan jawaban kita. Sehingga kesadaran untuk mengetahui ilmu itu hadir dan faidah ilmiyyah dari jawaban Syaikh benar-benar teringat di dalam memori kita.

Kedelapan belas, jangan berpindah-pindah buku sebelum selesai membaca

Sering berpindah-pindah buku sebelum menyelesaikan bacaan, akan melelahkan otak dan faidah yang di dapat akan tercerai berai. Jadi, usahakan bila membaca suatu buku, azamkan dalam dirimu untuk menyelesaikan buku tersebut. Tidak mengapa Anda memiliki rutinitas membaca lebih dari satu buku dalam satu pekan. Akan tetapi, aturlah waktunya. Semakin sedikit buku yang dibaca dalam satu pekan semakin efisien waktu dan tenaga pikiran. Jadi, mulai dari sedikit dulu, baru setelah terbiasa bisa nambah lagi bukunya. Misal seminggu satu atau dua buku dulu.

Dengan seperti ini, Anda akan terpacu untuk lebih pandai membagi waktu dan termotivasi lada fase selanjutnya untuk menambah jumlah buku yang menjadi rutinitas baca Anda dam satu pekan.

Kesembilan belas, membaca sima’an bersama kawan

Para ulama biasanya mempraktekkan metode ini untuk membaca kitab-kitab yang tebal, semacam Shohih Bukhori, Siyar A’laam an Nubala dan lainnya. Jadi buatlah kesepakatan dengan beberapa kawan Anda. Kemudian masing-masing tentukan batas jatah membacanya. Bisa perhalaman bisa perbab. Diantara manfaat metode membaca yang seperti ini adalah, menumbuhkan motivasi untuk berkumpul dalan rangka berbagi faidah dan akan mendorong diri kita untuk membaca kitab lebih banyak lagi.

Kedua puluh, sebagai selingan untuk mengusir kepenatan pikiran Anda, bacalah kitab-kitab tentang biografi ulama, sastra, sejarah, tazkiyatun nufus, dll

Karena sudah suatu hal yang lumrah bila jiwa manusia merasa bosan dengan aktivitas yang tidak variatif. Maka tak ada salahnya Anda mengusir kebosanan ini dengan melakukan aktivitas lain. Usahakan pengusir kepenatan ini adalah aktivitas yang bermanfaat dan menambah ilmu juga. Seperti membaca buku-buku yang disebut di atas. Atau dengan mendengar rekaman kajian dst (yang berfaidah).

Kedua puluh satu, bila Anda membeli buku baru, bacalah baik-baik judul, pengarang, muhaqiq muqodimahnya dan daftar isi

Macam baca yang seperti ini disebut qiroah al istithlaa’iyyah (membaca sekilas untuk mengetahui isi buku secara global, sebagaimana telah kami singgung lada sesi mukodimah). Misal hari ini ada buku baru yang menempati rak buku Anda, dengan judul “asy-rotus saa’ah” (Tanda-tanda hari kiamat). Maka bca baik-baik judul bukunya, nama pengarangnya; dia ulama abad ke berapa, siapa muhaqiq kitab tersebut dll. Sehingga Anda memiliki latar pengetahuan terhadap setiap kitab yang Anda miliki, yang nantinya akan membantu sebagai pertimbangan untuk memilih kitab yang akan dibaca selanjutnya.

Kedua puluh dua, maksimalkan kemampuan Anda untuk hal-hal yang bermanfaat

Sebagian pemuda dikaruniai hafalan yang kuat dan tekun membaca. Namun sayang, kelebihan ini tidak dia maksimalkan untuk hal-hal yang bermanfaat. Kuat hafalannya, namun digunakan untuk mengahal aktor-aktor dalam komik naruto, nama pemain bola, artis-artis sinema dll. Tekun membaca, namun ia maksimalkan untuk membaca koran, komik, novel dll. Yang lebih miris, bila dzikir pagi petang saja belum hafal. Fikih sholat saja belum pernah dibaca.

Ada cerita yang menarik yang ditulis oleh Khotib al Baghdadi rahimahullah, dalam bukunya “Syarof Ash Haabi al Hadis“, setelah beliau membawakan sanad kisah ini kepada Ustman bin Ali rahimahullah. Ustman menceritakan, “Saya pernah mendengar A’masy berkata:

إذا رأيت الشيخ لم يقرأ القرآن ولم يكتب الحديث فاصفع له فإنه من شيوخ القمر

“Bila kalian melihat kiyai yang tidak pandai membaca Alquran dan tidak menulis hadis (menyusunnya dalam bab fikih atau mensyarahnya menjadi sebuah karya tulis. pent), maka ketahuilah sesungguhnya dia adalah syuyukh al qomar. “

“Apa maksud syuyukh al qomar itu?” Tanya Abu Sholih.

شيوخ دهريون يجتمعون في ليالي القمر يتذاكرون أيام الناس ولا يحسن أحدهم أن يتوضأ للصلاة

“Mereka para kiyai musiman, yang berkumpul di malam-malam hari pergantian bulan (hijriyah. pent). Kemudian mereka saling membicarakan hari-hari manusia, namun mereka belum bagus wudhunya.” (Syarof Ash Haabi al Hadis, hal. 67-68)

Oleh karena itu, kita mendapati, orang-orang yang keseringan mendengar nyanyian-nyanyian untuk tujuan merilekskan pikiran, mereka kurang minat untuk mendengarkan Al Qur’an. Bahkan bisa sampai tidak senang mendengarkan Al Qur’an. Demikian dikatakan Syaikhul Islam Ahmad bin Abdulhalim al Harroni –rahimahullah-. (Iqtidho ‘ Shirot Al-mustaqim,  ta’liqnya Syaikh Ibnu Utsaimin,  hal. 307)

Dan ini realita, sebagian orang betah lama membaca berlembar-lembar halaman koran, majalah otomotif (dll), komik dan novel. Mereka betah sampai berjam-jam. Alangkah sayangnya waktu  bila dihabiskan hanya untuk membaca hal-hal yang demikian. Saat membaca Al Qur’an atau beberapa lembar syarah hadis, rasa bosan cepat datang. Sungguh ini musibah. Maka berusahalah untuk membiasakan diri untuk membaca buku-buku yang bermanfaat.

Dengan demikian, alhamdulillah, kita telah menyelesaikan serial tulisan mengenai kiat sukses membaca kitab. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk setiap yang membacanya, dan penulis berharap, semoga Allah menjadikan tulisan ini sebagai amalan yang ikhlas, yang bermanfaat di hari pertimbangan amal nanti. Selamat mencoba.

Wabillahit Taufiiq wal Hidayah.

Catatan:
Kiat-kiat yang kami uraikan di atas merupakan faidah yang kami dapatkan dari buku karya Syaikh Abdulaziz Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, yang berjudul: “Ya tholibal ‘ilmi kaifa tahfadh kaifa taqro’ kaifa tafham.” Terbitan Dar al-Atsariyyah, Mesir.

Baca juga: Langkah-Langkah Untuk Bisa Membaca Kitab Arab Gundul


Jami’ah Islamiyah Madinah An-Nabawiyyah, 2 Jumadas Tsani 1436 H

Ditulis oleh ustaz Ahmad Anshori hafizhahullah
Diposting ulang dari website muslim.or.id

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *